Kamis, 28 Januari 2016



     Konsepsi2 yang dirumuskan & masih harus disempurnakan, menggagas timbulnya rumusan huruf arab braille melalui suatu Konferensi Internasional pada tahun 1950 yang diselenggarakan oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).  Hal ini terwujud dalam bentuk penerbitan Al Qur'an Braille yang selanjutnya disebarluaskan ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Naskah Al Qur'an Braille masuk ke Indonesia sekitar tahun 1954, hasil terbitan Yordania bertahun 1951 dan dibawa oleh almarhum Prof Mahmud Syalthuth serta diterima oleh LPBI Wyata Guna Bandung yang pada waktu itu merupakan satu- satunya proyek perpustakaan Braille yang terbesar di Indonesia dan berada langsung di bawah naungan Departemen Sosial.  Tapi pada saat itu belum dapat dianggap sebagai permulaan timbulnya pemahaman dalam penulisan al Qur'an Braille di Indonesia.  Kemudian Departemen Sosial RI mengambil langkah untuk mengambil sebagian kitab Al Qur'an Braille itu pada tahun 1956 yang kemudian naskah tersebut dibawa ke Yogyakarta, karena pada saat itu banyak memiliki kegiatan bagi penyandang tunanetra.  Langkah tersebut di tahun 1956 dapat dianggap sebagai saat permulaan penyebaran Al Qur'an Braille di Indonesia.  Naskah yang dibawa itu berupa naskah Qur'anun Majid jilid VI terbitan Yordania yang berisi surat Al Ankabut sampai dengan akhir surat Az Zumar. 
     Pada tahun 1964 naskah tersebut diteliti & dipelajari isinya, hasilnya dapat dipergunakan oleh para siswa/siswi tunanetra dari Pendidikan Guru Agama Luar Biasa (PGALB) yang didirikan oleh Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (YAKETUNIS).  Untuk kepentingan pengembangan tulisan Arab Braille, serta menjajagi kemungkinan-kemungkinan penggunaannya baik secara nasional maupun internasional, maka telah pula diadakan kontak-kontak dengan beberapa negara Islam antara lain :

a. Al Haiatul 'Ilmiyah Al Islamiyah di Yordania

b. The National Federation for the Welfare of he blind di Karachi, Pakistan

c. Al Maktab Al Iqlamiy lilajnatisysyarqil austh lisyu-unil makfufin di Saudi Arabia.

d. Al Markazu Annamudzajiy lirri'ayah Wataujihil makfufin, Zaitun. 
     Beberapa waktu kemudian, Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (YAKETUNIS) memberanikan diri menulis Al Qur'an dan menerbitkannya dalam bentuk naskah braille, penulisan Al Qur'an Braille pada waktu itu menggunakan sistem menurut khat isthilahy/qiyasi. 
     Pada tahun 1968 Yaketunis bekerja sama dgn bbp Negara yang hasilnya Pakistan mengirimkan 12 juz Al Qur'an Braille ke Indonesia, dengan sistem penulisannya dengan isthilahiy, dengan beberapa tambahan tanda-tanda braille baru.

Tanda-tanda yang merupakan tanda tambahan tersebut meliputi :

a.    Fathah isba'iyah

b.    Dhommah isba'iyah

c.    Kasroh isba'iyah

d.    Tanda-tanda waqaf

e.    Tanda mad dan Qowathi'ussuwar. 
Mulai fase ini, penerbitan Al Qur'an Braille di Indonesia dilengkapi dengan memasukkan tanda-tanda tambahan tersebut di atas. 
     Di tahun 1968 itulah Yaketunis menyerahkan satu set Al Qur'an Braille kepada Departemen Agama untuk ditashih. Yang kemudidan di tahun 1971 Pemerintah melalui Departemen Agama kemudian mulai menerbitan Kitab Suci Al Qur'an Braille, walaupun dalam jumlah yang sangat terbatas.  Hal ini dikarenakan masih kurangnya dana & sarana penyalinan/penggandaan Al Qur'an Braille tersebut.

 

Posted by Yayasan Peduli Kesejahteraan Tuna Netra On 00.39 No comments READ FULL POST


     Huruf Braille adalah sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh orang buta.  Sistem ini diciptakan oleh seorang Perancis yang bernama Louis Braille yang buta disebabkan kebutaan waktu kecil. Ketika berusia 15 tahun, Braille membuat suatu tulisan tentara untuk memudahkan tentara untuk membaca ketika gelap. Tulisan ini dinamakan huruf Braille.  Namun ketika itu Braille tidak mempunyai huruf W. 
     Munculnya inspirasi untuk menciptakan huruf-huruf yang dapat dibaca oleh orang buta berawal dari seorang bekas perwira artileri Napoleon, Kapten Charles Barbier. Barbier menggunakan sandi berupa garis- garis dan titik-titik timbul untuk memberikan pesan ataupun perintah kepada serdadunya dalam kondisi gelap malam. Pesan tersebut dibaca dengan cara meraba rangkaian kombinasi garis dan titik yang tersusun menjadi sebuah kalimat. Sistem demikian kemudian dikenal dengan sebutan night writing atau tulisan malam.  Demi menyesuaikan kebutuhan para tunanetra, Louis Braille mengadakan uji coba garis dan titik timbul Barbier kepada beberapa kawan tunanetra.  Pada kenyataannya, jari-jari tangan mereka lebih peka terhadap titik dibandingkan garis sehingga pada akhirnya huruf-huruf Braille hanya menggunakan kombinasi antara titik dan ruang kosong atau spasi.  Sistem tulisan Braille pertama kali digunakan di L’Institution Nationale des Jeunes Aveugles, Paris, dalam rangka mengajar siswa-siswa tunanetra.
Kontroversi mengenai kegunaan huruf Braille di Perancis sempat muncul hingga berujung pada pemecatan Dr. Pignier sebagai kepala lembaga dan larangan penggunaan tulisan Braille di tempat Louis mengajar.  Karena sistem baca dan penulisan yang tidak lazim, sulit untuk meyakinkan masyarakat mengenai kegunaan dari huruf Braille bagi kaum tunanetra. Salah satu penentang tulisan Braille adalah Dr. Dufau, asisten direktur L’Institution Nationale des Jeunes Aveugles.  Dufau kemudian diangkat menjadi kepala lembaga yang baru.  Untuk memperkuat gerakan anti-Braille, semua buku dan transkrip yang ditulis dalam huruf Braille dibakar dan disita.  Namun dikarenakan perkembangan murid-murid tunanetra yang begitu cepat sebagai bukti dari kegunaan huruf Braille, menjelang tahun 1847 sistem tulisan tersebut diperbolehkan kembali.  Pada tahun 1851 tulisan Braille diajukan pada pemerintah negara Perancis agar diakui secara sah oleh pemerintah.  Sejak saat itu penggunaan huruf Braille mulai berkembang luas hingga mencapai negara-negara lain.  Pada akhir abad ke-19 sistem tulisan ini diakui secara universal dan diberi nama ‘tulisan Braille’.  Pada tahun 1956, Dewan Dunia untuk Kesejahteraan Tunanetra (The World Council for the Welfare of the Blind) menjadikan bekas rumah Louis Braille sebagai museum.  Kediaman tersebut terletak di Coupvray, 40 km sebelah timur Paris. 
     Perkins Brailler adalah sebuah mesin rancangan David Abraham pada tahun 1952 yang digunakan untuk mengetik huruf Braille.  Sistem pemakaiannya sangat mirip dengan mesin ketik biasa.  Setiap abjad direpresentasikan oleh keenam titik-titik timbul Braille sehingga jika dirangkai dapat membentuk kata-kata. Selain kombinasi titik timbul huruf Braille, Perkins Brailler juga memiliki tombol spasi, tombol backspace untuk menghapus dan tombol spasi per baris. Layaknya mesin ketik manual, Perkins Brailler memiliki dua sisi alat putar untuk memasukkan dan mengeluarkan kertas.

 
Posted by Yayasan Peduli Kesejahteraan Tuna Netra On 00.27 No comments READ FULL POST

Rabu, 27 Januari 2016

Taklim Rutin



Santunan Sosial


Wisuda Santri Yayasan PKTN
 
Posted by Yayasan Peduli Kesejahteraan Tuna Netra On 23.39 No comments READ FULL POST


     Sahabat, bagi sahabat yang ingin menyalurkan sebagian hartanya untuk membantu biaya oprasional yayasan maupun bantuan sosial pemberdayaan penyandang tuna netra, bisa mendonasikan melalui rekerning yayasan Sbb  :

A.n. Yayasan PKTN 
BRI Cileduk 039201008360501. 
BSM Mampang 0030167018.
Posted by Yayasan Peduli Kesejahteraan Tuna Netra On 21.22 No comments READ FULL POST
Jl. KH. Mas Mansyur Rt 005/10 No. 100 
Kunciran Indah Pinang Kota 
Tangerang Banten 15144 
Tlp. 021 7300 0396 
Email : ypktn.09@gmail.com
Posted by Yayasan Peduli Kesejahteraan Tuna Netra On 20.55 1 comment READ FULL POST


     Adalah sebuah latihan yang bertujuan untuk membekali penyandang tuna netra berupa kemampuan dan keterampilan dengan manfaatkan seluruhan indra dalam upaya mengenali lingkungan, bergerak, dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, serta untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara efektif dan aman.  Bagi mereka yang telah memiliki keterampilan Orientasi dan Mobilitas diharapkan menjadi lebih mandiri dalam kesehariannya dan memiliki kepercayaan diri untuk melanjutkan kehidupannya.  Pelatihan ini dibimbing oleh dua instruktur yang profesional dengan metode pengajaran individual.  Pelatihan ini berlangsung kurang lebih 4 bulan, dengan memperhatikan derajat ketunanetraan Klien, serta berpusat pada kebutuhan Klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Posted by Yayasan Peduli Kesejahteraan Tuna Netra On 20.33 No comments READ FULL POST


     Layanan Konseling Ketunanetraan adalah sebuah layanan yang diselenggarakan untuk membantu memulihkan keseimbangan psikologis, mental, serta sosiemosional, bagi mereka yang baru mengalami penurunan atau hilangnya fungsi indra penglihatan. Layanan Konseling ini juga diselenggarakan untuk membantu para tunanetra mengatasi berbagai permasalahan psikologis dan sosioemosional yang dihadapi di dalam kehidupan sehari-hari.
Posted by Yayasan Peduli Kesejahteraan Tuna Netra On 20.13 No comments READ FULL POST
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Live chat

    Blogger news

    KONTAK KAMI

    Jl. KH. Mas Mansyur Rt 005/10 No. 100 Kunciran Indah Pinang Kota Tangerang Banten 15144 Tlp. 021 7300 0396 Email : ypktn.09@gmail.com