Rabu, 27 Januari 2016



      Pak Panggeng adalah anak seorang petani di daerah Boyolali. Anak ke 2 dari 6 bersaudara, lahir pada 9 September 1976.  Beliau tidak buta sejak lahir.  Ketika sedang asyik bermain dengan teman-temannya, Pak Panggeng terkena peluru pistol mainan anak-anak pada mata kirinya.  Mata kirinya sakit dan tidak bisa melihat.  Dan tragisnya, mata kanannya pun juga tidak bisa melihat.  Hingga Pak Panggeng harus kehilangan penglihatannya saat ia duduk di kelas 5 SD, tepatnya tahun 1988. 
     Pak Panggeng kesulitan mengakses SLB, hingga akhirnya ada seorang wanita katolik aktifis gereja bernama Sita Damayanti yang memberinya informasi keberadaan SLB PSBN, Panti Sosial Bina Netra di Solo.

     Di tahun 1995 pak Panggeng dapat mengenyam pendidikan di SLB PSBN.  Saat itu Pak Panggeng berusia 18 tahun, masuk ke kelas keterampilan.  Selama 2 tahun belajar di sana, termasuk mengikuti beberapa kursus s/d satu tahun.  Selama belajar di sana,  beliau tinggal di asrama tunanetra.  Beliau ikut olahraga Judo, bekerjasama dengan Komite Olahraga Nasional indonesi (KONI) Surakarta.  Melalui olahraga itu Pak Panggeng menuai prestasi, di tahun 1995 beliau ikut ekspedisi Pra PON di Ciloto, di tahun 1996 ia ikut ekspedisi PON di Jakarta melawan atlet DKI.  Lawannya adalah orang normal yang punya penglihatan, tapi beliau menang.  Pada tahun 1999 Pak Panggeng pergi ke Thailand mengikuti perlombaan penyandang cacat se-Asia Pasifik, & memperoleh juara harapan 1.  Kalah dalam perebutan medali perunggu oleh atlet Jepang.  Tapi kini ia tidak terlalu aktif di olahraga Judo, hanya sesekali pernah dipanggil dalam beberapa event. 
     Tahun 1998 Pak Panggeng pindah ke Jakarta, di Bangka, dekat dengan perguruan tinggi Al-Hikmah.  Ia membuka praktek pijat. Pada tahun 2001 ia berkenalan dengan Bapak Soban Jauhari, seorang pelanggannya, pertemanan itu membuatnya terjun ke medan dakwah.  Tahun 2003 beliau berkenalan dengan Aboe Bakar Al-Habsyi, dengan Anis Matta,  Ustadz Hasib, Ahmad Riyadi, dll.  
     Pada tahun 2008 Pak Panggeng pindah ke Ciledug, menempati tanah yang sudah dibelinya sejak 2006, melalui perantaraan pamannya, uang untuk membeli tanah tsb adalah hasil menabung, tanah itu ia gunakan untuk praktek dan dakwah, di tahun 2011 rumah tsb bukan saja digunakan sebagi tempat tinggal tapi juga untuk pusat kegiatan yayasan PKTN.
     Dengan kegigihannya tsb Pak Panggeng telah memiliki binaan kurang lebih 70 orang.  Selain program edukasi tsb, Pak Panggeng juga punya jadwal rutin ta'lim dengan seluruh binaannya sepekan sekali dengan menghadirkan ustadz dari luar.
     Alhamdulillah Pak Panggeng sudah membina rumah tangga dengan seorang perempuan pujaan (bukan penyandang tunanetra) & telah dikaruniai 2 anak laki-laki.   Ditengah kesibukannya membina keluarga & tanggung jawab kepada keluarganya termasuk mencari nafkah, beliau masih sempatkan membina yayasan dengan infak dari penghasilannya sendiri.  



Posted by Yayasan Peduli Kesejahteraan Tuna Netra On 02.32 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Live chat

    Blogger news

    KONTAK KAMI

    Jl. KH. Mas Mansyur Rt 005/10 No. 100 Kunciran Indah Pinang Kota Tangerang Banten 15144 Tlp. 021 7300 0396 Email : ypktn.09@gmail.com